Palembang, Kompas – Provinsi Sumatera Selatan memiliki beragam potensi kuliner yang belum tergali. Kuliner yang terkenal dari Provinsi Sumatera Selatan masih terbatas pada pempek. Padahal, masih banyak jenis kuliner lain yang belum dikenal luas, seperti mi celor, burgo, kemplang badak, es kacang merah, aneka pindang, laksan, celimpungan, tempoyak, lenggang panggang, kue serikaya, dan kue delapan jam.
Pusat penjualan kuliner khas Sumsel di Kota Palembang, seperti di Jalan Kapten A Rivai, di Jalan Sudirman, dan di Jalan Merdeka, saat libur Lebaran lalu ramai dikunjungi pemudik. Mereka mencari makanan khas Sumsel yang tidak ditemukan di perantauan.
Pengamat pariwisata Mustofa Kamal, Jumat (10/10), mengungkapkan, Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah yang memiliki kuliner bersifat khas. Dengan keanekaragaman kuliner yang dimiliki, seharusnya Sumsel bisa memiliki banyak ikon kuliner selain pempek.
Menurut Mustofa, ciri kuliner Sumsel adalah menggunakan bahan baku dari ikan air tawar maupun air laut. Dari bahan baku ikan tersebut dapat dibuat berbagai jenis makanan dengan cita rasa khas. Mustofa menambahkan, kuliner khas Sumsel, seperti pempek, memiliki keunikan pada rasa asamnya.
”Saya melihat potensi wisata kuliner belum terlalu digarap. Selain itu, pemasaran kuliner khas Sumsel ke luar daerah juga belum bagus. Makanan yang akan dikirimkan ke luar Sumsel harus tahan lama. Padahal, kebanyakan jenis makanan khas Sumsel tidak tahan lama,” kata Mustofa.
Mustofa mengatakan, cuko pempek yang rasanya asam merupakan ciri khas kuliner Sumsel yang tak dimiliki kuliner daerah lain. Justru rasa asam dari cuko itu yang harus ditonjolkan untuk membedakan kuliner Sumsel dengan kuliner daerah lain.
”Dari satu jenis ikan saja bisa dibuat berbagai macam makanan. Ada pempek, ada kemplang, ada laksan, dan sebagainya, yang sebenarnya semuanya berbahan dasar ikan,” kata Mustofa, menambahkan.
Mustofa mengutarakan, wisata kuliner tidak hanya bisa dinikmati dengan menyantapnya, tetapi bisa juga dengan melihat langsung cara pembuatannya. Mustofa berpendapat, wisatawan pasti ingin mengetahui bagaimana caranya membuat berbagai kuliner khas Sumsel, seperti pempek dan kemplang.
Rasa bisa diterima
Menurut Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel Iwan Setiawan, kuliner khas Sumsel memiliki rasa yang bisa diterima sebagian besar lidah orang Indonesia. Kuliner Sumsel memiliki gabungan rasa manis, asam, dan pedas yang sedang sehingga bisa dinikmati siapa saja.
Iwan mengatakan, Sumsel memiliki berbagai jenis kuliner yang belum banyak dikenal. Sayangnya, jenis-jenis kuliner itu masih kurang dikenal. Kuliner Sumsel juga perlu ditingkatkan dari segi kemasannya karena kemasan ikut menunjang laku atau tidaknya kuliner yang ditawarkan.
Menurut Mustofa, pengemasan kuliner khas Sumsel sudah saatnya dilakukan standardisasi dan harus memiliki tampilan yang lebih cantik.
Artinya semua kuliner yang akan dikirimkan memiliki sistem pengemasan dan pengiriman yang standar sehingga kualitasnya terjamin.
Pengemasan yang standar itu diperlukan, khususnya untuk kuliner khas Sumsel yang mengandung santan atau cuko sebab banyak kuliner khas Sumsel yang harus disantap bersama dengan kuah santan maupun cuko, seperti pempek dan laksan.
Selama ini untuk mengawetkan pempek hanya dilakukan secara tradisional, yaitu dilapisi tepung yang hanya bertahan beberapa hari. (WAD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar